PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA LKS TERHADAP
HASIL
BELAJAR MATERI POKOK GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP
MUHAMMADIYAH 4 SEMARANG TAHUN
AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Kepada
IKIP PGRI Semarang Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaiakan Program
Sarjana (S1)
Pendidikan Matematika
Oleh:
Bagus
Wicaksono
NPM.
06310486
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IK
IP PGRI SEMARANG
2010
LEMBAR
PENGESAHAN
Kami
selaku pembimbing I dan pambimbing II dari mahasiswa Progdi pendidikan
Matematika IKIP PGRI Semarang
Nama : Bagus Wicaksono
NPM : 06310486
Fakultas/Progdi :
FPMIPA/Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
(NHT) DENGAN MEDIA LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI POKOK GARIS SINGGUNG
LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 SEMARANG TAHUN AJARAN
2009/2010
Dengan
ini menyatakan bahwa proposal skripsi yang dibuat oleh mahasiswa tersebut telah
selesai dan siap dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
Pembimbing I
Drs. Sudargo,
M.Si
NIP.
196011131992031001
|
Mengetahui
|
Pembimbing II
Dr. Sunandar,
M.Pd
NIP. 196208151987031002
|
|
Dekan FPMIPA
Ari Susatyo
N.S.Si, M.Si
NIP 19690826199403010
|
|
A.
JUDUL
PENGARUH
MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI
POKOK GARIS SINGGUNG LINGKARAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4
SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010
B.
Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Bangsa-bangsa yang ingin maju
berusaha meningkatkan mutu pendidikan, misalnya dengan menyusun kurikulum yang
disesuaikan dengan perkembangan jaman, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat ditunjang oleh keberhasilan dalam dunia pendidikan. Dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan
ialah dengan memahami bagaimana informasi yang diperoleh dari lingkungan
diproses dalam pikiran, sehingga mampu untuk di kembangkan. Dalam kaitannya
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, peranan matematika sangat
membantu. Akan tetapi sampai saat ini pelajaran matematika masih merupakan mata
pelajaran yang kurang disukai dan dianggap lebih sulit dibandingkan dengan mata
pelajaran yang lain.
Upaya dalam memperbaiki
mutu pendidikan matematika telah banyak dilakukan dengan mencoba menerapkan
berbagai macam metode dan model pembelajaran. Hal ini terjadi seiring dengan
masih rendahnya mutu pendidikan matematika, yang ditunjukkan dengan rendahnya
hasil belajar matematika siswa. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia telah
banyak disadari oleh berbagai pihak, terutama oleh para pemerhati pendidikan di
Indonesia, terlebih pada mata pelajaran matematika. Menurut para ahli hal
tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya :
Pertama, kurangnya
motivasi siswa didik untuk meraih nilai akademis yang tinggi. Hal itu
disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan dalam lingkungan keluarga yang
kurang mendukung.
Kedua, merebaknya sikap
instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh kuatnya
sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali
sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial.
Ketiga, guru dinilai
kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan
materi ajar, metode pembelajaran, maupun media pembelajaran, sehingga siswa
cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas.
Suasana kelas yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan” bagi peserta
didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Lebih mencemaskan lagi, siswa didik diperlakukan hanya sekadar menjadi
penampung ilmu tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi,
dan dialog.
Berdasarkan pengalaman
empiris, kurang kreatifnya guru dalam melakukan inovasi pembelajaran memiliki
pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menguasai
kompetensi yang seharusnya dicapai. Metode drill yang dilakukan menjelang
pelaksanaan UN misalnya, dinilai terlalu banyak memberikan intervensi dan
tekanan psikologis kepada siswa. Akibatnya, siswa cenderung hanya mampu menjadi
penghafal kelas wahid dari pada menjadi seorang pembelajar yang haus ilmu
pengetahuan. Mereka diperlakukan secara mekanis bagaikan robot sehingga tidak
memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi dan pendalaman materi ajar.
Untuk menyampaikan
pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik, seorang guru harus mempunyai
strategi pembelajaran. Di dalam strategi pembelajaran meliputi metode atau pun
model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, sehingga dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tetapi kebanyakan seorang guru
masih mengidolakan model pembelajaran konvensional yang cenderung lebih mudah
dan tidak membutuhkan keterampilan khusus bagi guru untuk menerapkannya.
Padahal, model pembelajaran ini tidak memberikan stimulus kepada siswa untuk
aktif dan kreatif.
Begitu juga dari
peneliti memperhatikan pada proses belajar mengajar yang berlangsung di SMP
Muhammadiyah 4 Semarang masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang
cenderung membuat suasana kelas monoton dan hasil belajarnya rendah. Untuk itu
perlu ditingkatkan hasil belajar siswa khususnya kemampuan kognitif dalam
memecahkan masalah serta aktivitas siswa dan kerjasama siswa dalam kelompok.
Berkaitan dengan hal
tersebut matematika sebagai ilmu abstrak
merupakan salah satu mata pelajaran yang banyak mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan lambang-lambang dan ketajaman penalaran yang
dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu pembelajaran matematika perlu mengembangkan berbagai metode
keterampilan dan strategi dalam pembelajaran matematika. Tujuannya antara lain
agar di dalam pembelajaran terdapat motivasi atau semangat dari siswa.
Di samping menguasai
metode pembelajaran, guru juga harus menguasai teknik menerangkan, mengajarkan
konsep matematika, membangkitkan motivasi siswa, menggunakan alat bantu dan
mengevaluasi sampai seberapa jauh proses belajar mengajar dalam kelas telah
tercapai. Salah satu model yang dapat dikembangkan dalam upaya memperbaiki mutu
pembelajaran matematika adalah dengan memadukan model pembelajaran.
Pada mata pelajaran matematika banyak
materi pelajaran yang dianggap sukar, khususnya pada materi pokok persamaan
garis singgung lingkaran. Untuk menanggapi permasalahan tersebut dibutuhkan
model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Oleh karena itu untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pokok persamaan garis singgung lingkaran, kami
mencoba untuk menerapkan model pembelajaran Advance Organizer dan model
pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together di SMP Muhammadiyah
4 Semarang khususnya di kelas VIII.
C.
Penegasan Istilah
Untuk mengantisipasi kesalahan
penafsiran terhadap judul di atas, perlu ditegaskan istilah-istilah yang
berhubungan dengan judul proposal ini. Di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Pengaruh
Pengaruh
adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
membentuk watak kepercayaan, atau perbuatan seseorang. (KBBI, 2005: 889)
2.
Model Pembelajaran
Model
Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
(Soekamti, 1996: 78). Dengan demikian aktivitas belajar mengajar merupakan
kegiatan yang memiliki tujuan secara sistematis.
3.
Pembelajaran Advance Organizer
Pada tingkat-tingkat belajar yang lebih tinggi,
siswa tidak selalu harus mengalami sendiri. Siswa akan mampu dan lebih efisien
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Yang penting siswa dikembangkan penguasaannya atas kerangka konsep-konsep dasar
atau pola–pola pengertian dasar tentang sesuatu, sehingga dapat
mengorganisasikan data, informasi, dan pengalaman. Pembelajaran Advance
Organizer terdapat dalam teori belajar bermakna David Ausubel.
Advance Organizer
adalah organisator tertinggi yang bersifat utuh dan komprehensif dari suatu
materi yang ingin diajarkan, berupa perangkat-perangkat dasar yang menjadi
batang tubuh materi yang akan dipresentasikan (Joyce, 2009: 289)
4.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together (NHT)
Model pembelajaran kooperatif itu sendiri merupakan
suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok – kelompok yang
terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan heterogen (tinggi, sedang, rendah).
Sedangkan Number Heads together merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana siswa dibentuk kedalam kelompok – kelompok dan setiap anggota kelompok
diberi nomor, setelah itu guru memberikan pertanyaan yang wajib dijawab oleh
siswa yang ada dalam kelompok – kelompok yang sudah dibentik tadi dan secara
acak guru memanggil nomor dari siswa tadi untuk mewakili kelompok untuk
menjawab pertanyaan atau guru tidak memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Number
Heads together adalah suatu pendekatan yang
dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang
tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi
pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas
(Ibrahim, 2000: 28).
5.
Hasil Belajar Matematika
Hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat,
dijadikan oleh usaha. (KBBI, 2005 : 391).
Belajar adalah usaha yang dilakukan untuk memperoleh
kepandaian atau ilmu. (KBBI, 2005 : 17)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik. (Djamarah, 2002 : 13)
Jadi hasil belajar matematika adalah hasil yang
telah dicapai setelah melakukan kegiatan belajar khusunya dalam mata pelajaran
matematika, hasil belajar dapat beupa pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam
bentuk nilai. hasil belajar juga dipengaruhi oleh pengalaman pelajaran.
Berdasarkan dari penegasan istilah,
secara keseluruhan maksud dari judul skripsi ini adalah keberhasilan dari model
pembelajaran Advance Organizer dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together dengan media LKS materi pokok persamaan garis singgung
lingkaran. Ditandai dengan penigkatan hasil belajar dari informasi baru, yang
dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah diketahui oleh siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 4 Semarang Tahun 2009 / 2010.
D.
Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut,
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran Advance Organizer dan model pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Head Together dengan media LKS terhadap hasil belajar materi
pokok persamaan garis singgung lingkaran pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
4 Semarang tahun pelajaran 2009/2010.
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh model pembelajaran Advance Organizer dan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dengan media LKS terhadap hasil
belajar materi pokok garis singgung lingkaran pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah
4 Semarang Tahun Pelajaran 2009 / 2010.
2.
Manfaat Penelitian
a.
Bagi Siswa
1)
Membantu siswa untuk dapat mengungkapkan
pendapatnya.
2)
Meningkatakan pemahaman materi pelajaran
3)
Meningkatkan motivasi belajar siswa.
b.
Bagi Guru
1)
Memperoleh variasi dalam menyusun
strategi pembelajaran
2)
Menambah masukan bagi guru untuk
memperbaiki program pembelajaran.
c.
Bagi Peneliti
1)
Mendapat gambaran yang jelas tentang
pengaruh pemaduan model belajar yang sedang diteliti.
2)
Mendapat pengalaman langsung dalam
pelaksanaan pembelajaran didalam kelas mengenai model belajar yang sedang
diteliti.
F.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
1.
Landasan Teori
a.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi
setiap orang. Pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap
seseorang terbentuk, dimodifikasi, dan berkembang disebabkan belajar, bila
dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.
Perubahan tingkah laku memang dapat
diamati dan berlaku dalam waktu yang relatif lama. Perubahan yang terjadi
disertai usaha orang tersebut, sehingga orang tersebut dari tidak mampu
mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha, walaupun terjadi
perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahahn tingkah laku itu merupakan proses belajar, sedang perubahan tingkah
laku itu sendiri merupakan hasil belajar. (Hudoyo, 1990: 1)
Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri sesorang, hasilnya bisa berupa
penambahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku pada diri individu.
Belajar pada hakekatnya bukan hanya membaca dan menghafal tetapi juga
membutuhkan penalaran.
Banyak sekali pendapat dari para
ahli mengenai belajar, menurut Sudjana (1989: 5) belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Hudoyo (1990: 1)
memiliki pandangan mengenai belajar itu sendiri, yaitu suatu kegiatain yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Sedangkan Gagne menerangkan bahwa
belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan,
sedemikian sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum mengalami kejadian
pada situasi sebelumnya.
Slameto merumuskan, belajar merupakan
suatu proses usaha yang dilakukan indvidu untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Djamarah, 2002: 13)
Dari beberapa pendapat di atas
dapat diketahui, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang
akan membawa perubahan kearah yang lebih baik di dalam diri seseorang, sehingga
akan memperoleh kondisi yang diharapkan.
b.
Ciri-ciri Belajar
Setiap orang yang sedang atau telah
belajar akan mengalami suatu perubahan di dalam dirinya. Meskipun orang
tersebut sedikit melakukan proses belajar dia akan mengalami suatu perubahan
yang bersifat sementara atau tetap. Menurut Djamarah (2002: 14) setiap orang
yang sedang belajar mengalami perubahan di dalam dirinya.
Pertama perubahan yang terjadi
secara sadar, ini berarti indvidu yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya
suatu pengetahuan dalam dirinya.
Kedua perubahan dalam belajar
bersifat fungsional, perubahan hasil belajar yang terjadi dalam diri individu
berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
Ketiga perubahan dalam belajar
bersifat positif dan aktif, dalam perbuatan belajar perubahan-perubahan itu
selalu bertambah, dan tertuju untuk
memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak
dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif merupakan
perubahan yang terjadi dengan sendirinya.
Keempat perubahan dalam belajar
bukan berifat sementara, perubahan yang terjadi karena proses belajar yang
bersifat menetap atau sementara. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi
setelah belajar akan membekas.
Kelima perubahan dalam belajar
bertujuan atau terarah, ini berarti bahwa perubahan tingkah laku ini terjadi
karena adanya suatu tujuan yang hendak dicapai. Perubahan belajar terarah pada
perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Perubahan yang diperoleh
indvidu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang
belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan
sebagainya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
seseorang dikatakan telah belajar apabila seseorang yang melakukan aktivitas
belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam
dirinya dengan memiliki pengalaman baru. Perubahan yang terjadi akibat belajar
adalah perubahan yang berhubungan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi
tingkah laku.
Perubahan yang terjadi akibat
proses belajar merupkan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka
memperoleh suatu pengalaman baru dari orang lain, dan ini dinamakan suatu
proses belajar mengajar. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan dalam bagian
berikutnya.
c.
Proses
Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar atau proses
pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga
pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa untuk mencapai tujuan
pendidiakan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan
para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral
maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial.
Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar
yang diatur guru melalui proses pengajaran. (Sudjana, 1989: 1)
Proses belajar mengajar dapat
diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka
mencapai tujuannya. Dengan definisi ini hendaknya kita pahamkan bahwa
terjadinya perilaku belajar pada pihak siswa dan perilaku mengajar pada pihak
guru tidak berlangsung satu arah, melainkan terjadi secara timbal balik dimana
kedua pihak berperan dan berbuat secara aktif di dalam suatu kerangka kerja dan
dengan menggunakan cara dan disepakati bersama.
Tujuan interaksi (belajar pada
pihak siswa, dan mengajar pada pihak guru) merupakan titik temu dan bersifat
mengikat serta mengarahkan aktivitas dari kedua belah pihak. Dengan demikian,
kriteria keberhasilan dari rangkaian keseluruhan (proses) interkasi
(belajar-mengajar) tersebut hendaknya ditimbang atau evaluasikan pada tercapai
tidaknya tujuan tersebut.
Belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku seseorang berkat pengalaman dan latihan, sedangkan mengajar merupakan
usaha untuk memberikan bimbingan kepada siswa. Proses yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, salah satu pertanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan yang bersifat kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), dan afektif (nilai dan sikap).
Proses belajar tersusun dari
beberapa kegiatan yang diarahkan oleh aktivitas yang lain dan berinteraksi
dengan orang serta faktor lingkungan. Agar proses belajar mengajar dapat
berhasil maka ada beberapa pedoman yang harus diperhatikan, yaitu siswa ikut
terlibat secara aktif dalam setiap pembelajaran. Informasi baru yang akan
disampaikan ke siswa harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam
sruktur kognitif siswa.
Dapat disimpulkan bahwa proses
belajar mengajar adalah interaksi antar dua orang atau lebih, yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku seseorang dikarenakan adanya bimbingan
dari orang lain. Sehingga orang yang telah menerima bimbingan akan memperoleh
pengalaman baru atau hasil dari proses belajar mengajar, sedangkan orang yang
telah memberikan bimbingan akan semakin memahami.
d.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah interaksi dari
beberapa faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam diri individu maupun dari
luar individu yang bersangkutan (Hamalik, 1995: 37 ).
Menurut James I Mursell, hasil
belajar merupakan penguasaan bahan pengajaran yang ditimbulkan oleh pemahaman
atau pengertian oleh response yang dapat masuk akal. hasil belajar adalah
tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan yang telah
ditentukan ( Simanjutak, 1975: 82 ).
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
atau hasil belajar adalah nilai yang telah dicapai oleh seseorang dengan
kemampuan maksimal.
e.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
1)
Faktor Dalam
Yaitu
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari dalam
diri siswa. Faktor tersebut meliputi:
a)
Kondisi fisiologis
Kondisi
fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Siswa
yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berbeda belajarnya dari siswa yang
dalam keadaan lelah.
b)
Kondisi psikologis
Kondisi
psikologis: kecerdasan, bakat, minat motivasi.
c)
Kondisi emosi
Emosi
seperti mudah marah, tersinggung, merasa tertekan, dapat mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar. Aspek yang mendukung dalam kegiatan belajar
adalah perasaan aman, nyaman dan gembira.
2)
Faktor Luar
Faktor yang berasal dari luar diri
siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor-faktor tersebut
adalah faktor lingkungan, faktor instrumental (kurikulum, program pengajaran,
sarana dan fasilitas, guru).
f.
Model
Pembelajaran Advance Organizer
Usaha guru dalam membelajarkan
siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai
metode, strategi, pendekatan serta tehnik pemelajaran merupakan suatu hal yang
utama. Model Pembelajaran Advance Organizer adalah salah satu model
dalam rumpun model pemprosesan informasi. Seringkali orang berpendapat bahwa metode
mengajar ekspositori bersifat menghapal diluar kepala, pasif dan pelajaran
ditelan bulat-bulat oleh murid tanpa mengandung arti. Pendapat ini diltolak
oleh David Ausubel. Teorinya mengangkat tiga hal :
1)
Bagaimana ilmu itu diorganisasikan,
artinya bagaimana seharusnya isi kurikulum itu ditata
2)
Bagaimana proses berpikir itu terjadi
bila berhadapan dengan informasi baru.
3)
Bagaimana guru seharusnya mengajarkan
informasi baru itu sesuai dengan isi kurikulum dan teori belajar
Berdasarkan ketiga teorinya itu,
Ausubel mengajukan konsep yang disebut Advance Organizer (organisator
tertinggi yang bersifat utuh dan komprehensif dari suatu materi yang
diajarkan). Advance Organizer berupa kerangka-kerangka dasar yang menjadi
batang tubuh materi yang akan disampaikan. Tujuannya ingin memperbaiki
kelemahan metode presentasi dengan jalan
menyeleksi dan menyampaikan informasi baru.
Model Advance Organizer ini
didesain sebagai alat untuk memperkuat struktur kognitif siswa. Juga untuk
memperkuat penyimpanan pegetahuan dalam diri siswa. Maksud dari struktur
kognitif ini adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dalam bidang studi
(mata pelajaran) tertentu yang setiap saat tersimpan secara baik, jelas dan
selalu stabil dalam ingatan. Fungsi struktur kognitif yang ada pada diri
seseorang menurut Ausubel adalah menjadi faktor utama yang sangat menentukan
apakah suatu informasi baru yang akan diterima mempunyai makna atau tidak dan
sejauh mana informasi baru itu dapat dipelajari dan disimpan.
Tugas guru sebelum materi baru
dipresentasikan adalah terlebih dahulu membenahi dan meningkatkan kejelasan
pengetahuan lama yang telah ada pada anak didik. Struktur konsep membentuk
suatu sistem proses informasi dalam otak, yang kemudian digunakan untuk
menganalisis dan memecahkan berbagai masalah.
Belajar yang mengandung makna (Meaningful
Learning) akan tercapai bila terjadi keterkaitan intelektual antara apa
yang telah dipelajari dengan pengetahuan yang baru. Bila anak didik memulainya
dengan cara benar dan bila informasi yang disampaikan mengandung makna, maka
peristiwa belajar yang bermakna akan terjadi.
Berbeda halnya dengan belajar
menghafal atau Rote Learning, yang merupakan lawan dari belajar bermakna.
Belajar dengan menghafal tidak membentuk kemampua berpikir konseptual dan
kritis, tidak terjadi transformasi pengetahuan yang sesungguhnya. Materi yang
dihafal amat mudah menjadi lupa.
g.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Together
Pembelajaran Kooperatif merupakan
salah satu bentuk pembelajaran yang diyakini bahwa keberhasilan peserta didik
tercapai jika setiap anggotanya berhasil. Sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan temannya dalam
tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau
Kooperatif. Sistem pembelajaran gotong royong merupakan alternatif menarik yang
bisa mencegah timbulnya keagresifan dalam sistem kompetisi dan ketersaingan
dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif (Anita, 2002: 27).
Kooperatif mencakup suatu kelompok
kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama. Tidaklah cukup menunjukkan sebuah kooperatif jika para siswa duduk
bersama di dalam kelompok-kelompok kecil tetapi menyelesaikan masalah secara
sendiri-sendiri. Bukanlah kooperatif jika para siswa duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang di antaranya untuk
menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok. Kooperatif menekankan pada kehadiran
teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.
Pada kelas kooperatif, peserta
didik dalam belajar pada kelompok-kelompok kecil. Tiap kelompok merupakan
campuran dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
serta jenis kelamin yang berbeda. Mereka saling membantu satu sama lain dalam
mempelajari materi.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Numbered Head Together dikembangkan
oleh Spencer Kagen, dkk (Ibrahim, 2000 : 25). Pada umumnya Numbered Head
Together digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman
pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun
pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Numbered Head Together adalah
suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam
menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut sebagai gantinya mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas (Ibrahim, 2000 : 28).
Menurut Ibrahim ada tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Head
Together, yaitu :
1)
Hasil belajar akademik struktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas – tugas akademik.
2)
Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman – temannya
yang mempunyai berbagai latar belakang.
3)
Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja
dalam kelompok dan sebagainya.
h.
Konsep
Pemaduan Model
Perlu diketahui model pembelajaran Advance Organizer dan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together memiliki banyak perbedaan, akan tetapi kedua model pembelajaran
tersebut juga bisa dipadukan ataupun dihubungan. Karena karakteristik dari
model pembelajaran Advance Organizer adalah model pembelajaran yang
memiliki struktur konsep, yang membentuk suatu sistem proses informasi
dalam otak, yang kemudian digunakan untuk menganalisis dan memecahkan berbagai
masalah.
Untuk model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together
memiliki karakteristik dalam sistem sosial, yaitu bekerja sama dalam kelompok.
Walaupun kedua model pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda namun
kedua model pembelajaran tersebut dapat dipadukan ataupun dihubungkan menjadi
suatu model pembelajaran yang memiliki tujuan agar siswa berbagi tugas,
aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide, bekerja
dalam kelompok sehingga akan diperoleh pembelajaran bermakna.
Langkah-langkah pemaduan model:
1)
Guru menjelaskan aturan pembelajaran
yang akan diberiakan kepada siswa.
2)
Guru membagi siswa menjadi beberapa
kelompok, dengan beranggotakan 4-6 siswa dalam satu kelompok yang heterogen,
dan memberikan penomeran pada tiap-tiap kelompok. (Numbered Head Together)
3)
Guru melakukan apersepsi mengenai materi
yang berkaitan dengan persamaan garis singgung lingkaran.( Advance Organizer)
4)
Guru
menjelaskan konsep dari sifat-sifat garis singgung lingkaran dan cara
menghitung garis singgung persekutuan dua lingkaran, beserta contoh soal. (Advance Organizer)
5)
Guru meminta masing-masing kelompok
untuk merangkum materi yang telah dijelaskan dan membuat contoh soal yang
berkaitan dengan materi tersebut. (Advance
Organizer)
6)
Guru mengundi kelompok yang akan
mempresentasiakn rangkuman materi yang telah diajarkan beserta contoh soalnya.
(Numbered Head Together)
7)
Guru memberikan soal latihan kepada
siswa untuk dikerjakan secara individu.
8)
Guru kembali memberikan penomeran kepada
tiap-tiap siswa untuk menentukan siswa yang akan mengerjakan soal latihan
dengan cara diundi. (Numbered Head Together)
9)
Guru memberikan tugas mandiri untuk
dikerjakan dirumah.
i.
Tinjauan Materi
1)
Pengertian Garis Singgung Lingkaran
Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong
lingkaran tepat di satu titik. Titik tersebut dinamakan titik singgung
lingkaran.
Setiap garis singgung lingkaran selalu tegak lurus
terhadap jari-jari (diameter) yang melalui titik singgungnya.
Perhatikan Gambar 7.1
Gambar 7.1(a) memperlihatkan bahwa garis g menyinggung
lingkaran di titik A. Garis g tegak lurus jari-jari OA. Dengan kata lain, hanya
terdapat satu buah garis singgung yang melalui satu titik pada lingkaran.
Pada Gambar 7.1(b) , titik R terletak di luar lingkaran.
Garis l melalui titik R dan menyinggung lingkaran di titik P, sehingga garis l
tegak lurus jari-jari OP. Garis m melalui titik R dan menyinggung lingkaran di
titik Q, sehingga garis m tegak lurus jari-jari OQ.
Dengan demikian, dapat dibuat dua buah garis singgung
melalui satu titik di luar lingkaran.
2)
Menentukan panjang garis singgung
lingkaran dari suatu titik di luar lingkaran.
Perhatikan gambar berikut
Garis AB dan BC adalah garis singgung lingkaran yang
berpusat di titik O. Panjang OA = panjang OC = r = jari-jari lingkaran. Oleh
karena garis singgung selalu tegak lurus terhadap jari-jari lingkaran maka
panjang garis singgung AB dan BC dapat dihitung dengan menggunakan teorema
Pythagoras.
Perhatikan
Δ OAB pada . Pada ΔOAB berlaku teorema Pythagoras, yaitu:
Pada
ΔOCB juga berlaku teorema Pythagoras, yaitu:
Ternyata, AB = BC = .
Uraian tersebut menggambarkan definisi berikut.
Kedua garis singgung lingkaran yang ditarik dari sebuah
titik di luar lingkaran mempunyai panjang yang sama.
3)
Menyebutkan pengertian garis singgung
persekutuan dua lingkaran
Secara
umum, kedudukan dua lingkaran dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu dua
lingkaran bersinggungan, berpotongan, dan saling lepas
|
||||||||
Gambar
di atas menunjukkan 5 kemungkinan kedudukan dua lingkaran (misal lingkaran A
dan lingkaran B)
a)
Lingkaran B di dalam lingkaran A (tidak
ada titik potong).
b)
Lingkaran A dan lingkaran B
bersinggungan di dalam (ada 1 titik potong/titik singgung yaitu titik P).
c)
Lingkaran A dan lingkaan B berpotongan
(ada 2 titik potong yaitu titik Q dan titik R).
d)
Lingkaran A dan ligkaran B bersinggungan
di luar (ada 1 titik potong/titik singgung yaitu titik S).
e)
Lingkaran A dan lingkaran B saling lepas
atau lingkaran A berada di luar lingkaran B.
4)
Menghitung panjang garis singgung
persekutuan luar pada dua lingkaran
Perhatikan
gambar berikut ini.
a
Garis AB merupakan garis singgung persekutuan luar dua
lingkaran yang berpusat di P dan Q.
b
R = AP adalah jari-jari lingkaran yang berpusat di P
atau lingkaran pertama.
r = BQ adalah jari-jari lingkaran yang
berpusat di Q atau lingkaran kedua.
c
l adalah panjang garis singgung persekutuan luar AB.
d
k adalah jarak antara kedua titik pusat P dan Q.
e
SQ merupakan translasi dari AB, sehingga panjang AB =
panjang SQ = l.
Panjang SP = AP – BQ = R – r.
f
AB sejajar SQ sehingga – BAP = – QSP = 90˚ (sehadap)
g
Sekarang, perhatikan ΔSPQ. Oleh karena – QSP =
90˚ maka kita bisa menggunakan teorema Pythagoras untuk mencari panjang SQ.
ΔSPQ siku-siku di S sehingga
Jadi,
panjang garis singgung persekutuan luar dua lingkaran adalah:
dengan:
l =
panjang garis singgung persekutuan luar
k
= jarak kedua titik pusat lingkaran
R = jari-jari lingkaran pertama
r
= jari-jari lingkaran kedua
5)
Menghitung panjang garis singgung
persekutuan dalam pada dua lingkaran
Perhatikan gambar
berikut ini.
a
Garis AB merupakan garis singgung persekutuan dalam dua
lingkaran yang berpusat di P dan di Q.
b
R = AP adalah jari-jari lingkaran yang berpusat di P
atau lingkaran pertama dan r = BQ adalah jari-jari lingkaran yang berpusat di Q
atau lingkaran kedua. PS = AS + AP = BQ + AP = r + R = R + r.
c
d adalah panjang garis singgung persekutuan dalam AB.
d
k adalah jarak antara kedua titik pusat P dan Q.
e
SQ merupakan translasi dari AB, sehingga SQ sejajar AB
dan panjang
SQ = panjang AB = d.
f
Oleh karena SQ sejajar AB maka – PSQ = – PAB = 90˚.
g
Sekarang perhatikan ΔPSQ.
Oleh karena ΔPSQ merupakan segitiga siku-siku dengan – PSQ =
90˚ maka kita bisa menggunakan teorema Pythagoras untuk mencari panjang SQ.
Jadi, panjang garis
singgung persekutuan dalam dua lingkaran adalah
dengan:
d = panjang garis singgung persekutuan dalam
k = jarak kedua titik pusat lingkaran
R = jari-jari lingkaran pertama
r = jari-jari lingkaran kedua
6)
Menghitung panjang jari–jari lingkaran
luar segitiga
Lingkaran luar suatu segitiga adalah suatu lingkaran yang
melalui semua titik sudut segitiga. Titik pusat lingkaran luar segitiga
merupakan titik potong ketiga garis sumbunya.
Perhatikan gambar disamping!
a.
Garis DE, FG, dan HI adalah garis sumbu segitiga ABC.
b.
Garis
DE, FG, dan HI berpotongan di titik O yang merupakan titik pusat lingkaran luar
segitiga ABC.
c.
Lingkaran luar segitiga tersebut melalui titik A,B, dan
C.
d.
Jika panjang jari-jari lingkaran dalam
tersebut adalah rl maka:
7)
Menghitung panjang jari-jari lingkaran
dalam segitiga
Lingkaran
dalam suatu segitiga adalah suatu lingkaran yang berada di dalam segitiga dan
menyinggung semua sisi segitiga. Titik pusat lingkaran dalam segitiga merupakan
titik potong ketiga garis baginya.
Perhatikan
gambar disamping
a.
Garis
AD, BE, dan CF adalah garis bagi segitiga ABC.
b.
Garis AD, BE, dan CF berpotongan di titik O yang
merupakan titik pusat lingkaran dalam segitiga ABC.
c.
Lingkaran dalam segitiga tersebut menyinggung sisi AB
di titik F, menyinggung BC di titik D, dan menyinggung sisi AC di titik E.
d.
Jika panjang jari-jari lingkaran dalam
tersebut adalah rd maka OF = OD = OE = rd
e.
Luas segitiga ABC = maka
8)
Menentukan panjang sabuk lilitan minimal
yang menghubungkan dua lingkaran atau lebih
Pernahkah kamu mengganti rantai roda sepedamu?
Bagaimana kamu menentukan agar panjang rantai yang diperlukan tidak terlalu
panjang atau terlalu pendek? Jika kamu perhatikan, dua roda gigi sepeda biasa
dianggap sebagai dua
lingkaran
dan rantai yang melilitnya sebagai garis singgung persekutuan luar. Perhatikan
gambar berikut ini.
Jika
α˚ menyatakan besar sudut yang menghadap busur ASC maka besar sudut yang
menghadap busur BTD adalah 360˚ – α˚.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat dihitung panjang sabuk lilitan minimal untuk
menghubungkan dua lingkaran.
Oleh karena AB = CD
maka
Panjang sabuk lilitan
minimal
Dengan,
2.
Kerangka Berpikir
Keberhasilan
pembelajaran merupakan dambaan dari setiap guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik. Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus
sangat baik, dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi baru
yang akan diajarkan. Selain itu logika berpikir guru juga ditunut sebaik
mungkin tanpa memiliki itu maka guru akan kesulitan memilah-milah materi
pelajaran.
Proses pembelajaran yang menuntut
proses aktif dari siswa memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan
gagasan-gagasan, konsep selama siswa belajar matematika. Proses belajar yang
dilakukan dapat meningkatkan kemampuan berpikir, dapat mengingat materi
pelajaran lebih lama dan belajar menjadi lebih bermakna.
Keberhasilan pembelajaran
tergantung dari berbagai faktor, antara lain metode, media, materi, siswa, guru
dan faktor-faktor lain yang terkait dengan pembelajaran. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut, guru sebagai aktor pembelajaran harus menentukan
strategi yang tepat.
Saat ini mulai berkembang beberapa
eksperimen pendidikan dalam rangka menemukan pendekatan pembelajaran yang
tepat. Disini peneliti mencoba melakuakan eksperimen terhadap dua buah model
pembelajaran, yaitu model pembelajaran Advance Organizer dan model
pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together.
Pengertian model pembelajaran Advance
Organizer adalah untuk membantu siswa dalam memahami materi dengan mudah
dan menyimpannya di dalam otak mereka lebih lama. Informasi atau materi yang
disampaikan berupa kerangka utama yang menjadi pengantar tugas belajar murid.
Pengertian model pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Head Together adalah untuk membantu siswa dalam
memahami materi dengan cara bekerja secara berkelompok dan pengacakan pada saat
siswa mengerjakan soal di depan kelas. Sehingga siswa akan lebih bertanggung
jawab dengan tugasnya.
3.
Hipotesis
Dari uraian kerangka pikir
maka hipotesis yang dapat diperoleh adalah:
Ha : Ada
Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer dan Kooperatif Tipe Numbered
Head Together Dengan Media LKS Terhadap Hasil Belajar Materi Pokok
Persamaan Garis Singgung Lingkaran Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4
Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.
Ho : Tidak ada Pengaruh Model Pembelajaran Advance
Organizer dan Kooperatif Tipe Numbered Head Together Dengan Media
LKS Terhadap Hasil Belajar Materi Pokok Persamaan Garis Singgung Lingkaran Pada
Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010.
G.
METODE PENELITIAN
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.(Arikunto, 2006 : 130). Populasi dalam penelitian ini ialah semua
siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Semarang tahun ajaran 2009/2010, yang
berjumlah 4 kelas, dengan tiap-tiap kelas terdiri dari 40 siswa.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. (Arikunto, 2006 :131). Dari populasi diambil dua kelas,
yaitu kelas pertama sebagai kelas kontrol, kelas kedua sebagai kelas pengujian
validitas soal, kelas ketiga, dan keempat sebagai kelas eksperimen.
Teknik yang digunakan untuk
mengambil sample adalah random atau sample acak. Teknik ini dilakukan dengan
cara membuat kertas undian yang mewakili tiap-tiap populasi, kemudian diambil
secara acak.
3.
Variabel Penelitian
Menurut Y.W, Best yang disunting oleh
Sanpiah Faisal yang disebut variabel penelitian adalah kondisi-kondisi atau
serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau
diobservasi dalam suatu peneliti. Sedang Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud
menjelaskan bahwa yang dimaksud variabel penelitian adalah segala sesuatu yang
akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari kedua pengertian tersebut
dapatlah dijelaskan bahwa variabel penelitian itu meliputi faktor-faktor yang
berperanan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. (Cholid, 2002: 118)
Pada penelitian ini yang akan
dijadikan sebagai bahan penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 4
semarang tahun ajaran 2009/2010 terhadap peningkatan hasil belajar matematika
pada materi pokok persamaan garis singgung lingkaran dengan model pembelajaran Advance
Organize dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan media LKS.
4.
Desain Penelitian
Penelitian ini adalah
penelitian eksperimen. Peneliti mencoba memadukan model pembelajaran Advance
Organize dan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together,
dalam pembelajaran didalam kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas
VIII SMP Muhammadiyah 4 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Dengan menggunakan dua
kelas, yaitu kelas pertama sebagi kelas kontrol dan kelas kedua sebagi kelas
eksperimen.
Kelompok
|
Perlakuan
|
Post
Tes
|
Kelas
VIII A
(Kelompok
kontrol)
|
X1
|
Y1
|
Kelas
VIII B
(Kelompok
Eksperimen)
|
X2
|
Y2
|
5.
Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diharapkan peneliti
menggunakan beberapa metode, yaitu:
a.
Metode Test
Test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta
alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 4 Semarang seelah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
mendpatkan perlakuan pada materi pokok persamaan garis singgung lingkaran.
b.
Domunentasi
Dokumentasi
diguanakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai dasar untuk
menentukan kedua sampel terpilih, pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Datanya berupa nilai dari hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 4 Semarang, pada matri pokok garis singgung lingkaran.
H.
Uji Instrumen Penelitian
Instrumen
dalam penelitian ini berupa soal tes. Soal tes
tersebut adalah tes yang diberikan setelah materi sub pokok bahasan
tersebut selesai. Analisis uji instrumen meliputi analisis validitas, reabilitas,
tingkat kesukaran butir soal dan daya pembeda butir soal.
1.
Validitas Butir Soal
Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat ketelitian suatu instrument. Untuk
mengetahui validitas sebuah tes atau alat ukur dalam penelitian ini digunakan
rumus korelasi product moment angka kasar, yaitu:
Keterangan:
=
Koefisien korelasi tiap item
N = Banyaknya objek yang di uji
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total
= Jumlah kuadrat skor
item
= Jumlah kuadrat skor
total
= Jumlah perkalian skor
item dan skor total
(Masidjo,
1995: 246)
Taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam
suatu koefisien atau taraf reliabilitas empirisnya. Koefisien validitas suatu
tes dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00.
seperti halnya reliabilitas dipakai besar koefisien korelasi dalam tabel
statistik atas dasar taraf signifikansi 1% dan 5%. Kriteria yang digunakan
sebagai berikut:
0,80 < rxy £
1,00 = Sangat Tinggi
0,60 < rxy £
0,80 = Tinggi
0,40 < rxy £
0,60 = Cukup
0,20 < rxy £
0,40 = Rendah
0,00 £ rxy £
0,20 = Sangat Rendah
2.
Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan.
Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Maka pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketepatan hasil tes. Atau seandainya hasil yang
diperoleh berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.
Adapun rumus yang
digunakan untuk mengukur reliabilitas tes adalah:
Keterangan:
= Reabilitas yang dicari
p
= Proporsi subjek yang menjawab item dengan
benar
q =
Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
= Banyaknya butir soal
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = Standar deviasi dari tes (standar
deviasi adalah akar varians)
(Suharsimi, 2006: 86, 100)
Selanjutnya harga r11
yang diperoleh diinterprestasikan sebagi berikut:
0,80 < r11 £
1,00 = Sangat Tinggi
0,60 < r11 £
0,80 = Tinggi
0,40 < r11 £
0,60 = Cukup
0,20 < r11 £
0,40 = Rendah
negatif £ r11 £
0,20 = Sangat Rendah
3.
Taraf Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk memertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal
yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauan. Bilangan yang menunjukkan
sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.
Keterangan:
= Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab salah
JS =
Jumlah seluruh peserta
(Suharsimi,2006:208)
Untuk menginterpresentasikan nilai tingkat kesukaran
item, dapat digunakan tolak ukur sebagai berikut:
a.
Jika jumlah soal yang gagal mencapai
27%, termasuk mudah.
b.
Jika jumlah soal yang gagal antar 28%
sampai dengan 72%, termasuk sedang.
c.
Jika jumlah yang gagal mencapai 72% ke
atas, termasuk sukar.
Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan adalah
sebagai berikut:
0,00 <
P £
0,30 = Sukar
0,30 <
P £ 0,70 = Sedang atau Cukup
0,70 <
P £ 1,00 = Mudah
4.
Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal, adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnyadaya pembeda
disebut indeks diskriminasi, disingkat D.
Rumus untuk menentukan
indeks diskriminasi adalah:
Keterangan:
D = Indeks
diskriminasi
J
= Jumlah peserta
tes
JA =
Banyaknya peserta kelompok atas
JB =
Banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
= Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA
= Proporsi pesera kelompok atas yang menjawab benar
PB
= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (ingat, P sebagi indeks
kesukaran)
(Suharsimi,2006:213-214)
Daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut:
0,80 < D £
1,00 = Sangat Membedakan (SM)
0,60 < D £
0,80 = Lebih Membedakan (LM)
0,40 < D £
0,60 = Cukup Membedakan (CM)
0,20 < D £
0,40 = Kurang Membedakan (KM)
negatif £
D £
0,20 = Sangat Kurang Membedakan (SKM)
I.
Metode Analisis Data
Analisis data yang
digunakan merupakan analisis yang mampu mendukung tercapainya tujuan dari kegiatan penelitian, berdasarkan tujuan
dasar yang ingin dicapai yaitu peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 4 Semarang dalam materi pokok persamaan garis singgung lingkaran.
Sebelum melakuakn analisis statistik
syarat yang harus dipenuhi adalah data yang diperoleh dari sampel penelitian
harus memiliki kesamaan rata-rata, berdistribusi normal, dan homogen. Setelah
itu datanya dapat dianalisis dengan menggunakan uji t, sehingga dapat diketahui
apakah data dari ketiga sampel tersebut sama atau tidak.
1.
Uji Normalitas Sampel
Pada
pengujian normalitas sampel peneliti menggungkan uji Lilliefors.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut:
a.
Pengamatan x1,
x2, …. , xn dijadikan bilangan baku z1, z2,
…. , zn dengan menggunakan rumus ( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan
simpangan baku sampel).
b.
Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan
daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z
£
zi).
c.
Selanjutnya dihitung
proporsi z1, z2, …. , zn yang lebih kecil atau
sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakn oleh S(zi),
maka
d.
Menghitung selisih F(zi) –
S(zi), kemudian menentukan harga mutlaknya.
e.
Mengambil harga yang paling besar
diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, atau disimbolkan dengan Lo.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka
nilai dri Lo dibandingkan dengan tabel nilai kritis L untuk uji Lilliefors.
Kriterianya adalah jika hipotesis nol ditolak maka Lo yang diperoleh dari data
pengamatan melebihi dari nilai kritis L. (Sudjana, 2002: 466-467)
2.
Uji Bartlett
Untuk dapat mengetahui homogenitas sampel dan populasi yang ada
maka digunakan uji Bartlett. Jika mempunyai sampel berukuran n dengan data x1,
x2, … , xn dan rata-rata .
Maka varians dihitung
dengan rumus:
Keterangan:
xi = Data ke-i
= Mean
n-1 = Banyaknya data dikurangi 1
s2 = Varians sempel
(Sudjana,
2002:206)
Untuk
mempermudah perhitungan satuan-satuan dalam uji Bartlett akan disusun daftar
sebagi berikut:
Sampel ke
|
dk
|
1/dk
|
si2
|
Log si2
|
(dk) log si2
|
1
2
-
-
k
|
n1 – 1
n2 – 2
nk – 1
|
1/( n1 – 1)
1/( n2 – 1)
1/( nk – 1)
|
s12
s22
sk2
|
Log s12
Log s22
Log sk2
|
( n1 – 1) log si2
( n2 – 1) log s22
( nk – 1) log sk2
|
Jumlah
|
|
|
---
|
--
|
|
Untuk menghitung uji Bartlett digunakan rumus statistik
chi-kuadrat, yaitu:
Dengan
ln 10 = 2,3026, disebut logaritma asli dari bilangan 10, dengan taraf nyata a
= 5%. Hipotesis Ho ditolak jika c2
³
c2(1
– a)
(k – 1), dimana c2(1
– a)
(k – 1) didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan c2(1
– a)
dan dk = (k – 1). (Sudjana, 2002:
262-263)
3.
Uji t
Untuk mengetahui ada
atau tidak perbedaan hasil belajar antara siswa yang mendapatkan perlakuan
dengan siswa yang tidak mendapatkan perlakuan, digunakan uji t. Jika maka
varians homogen , rumus uji t adalah:
Kriteria
Jika varians homogen , rumus uji t adalah:
Keterangan:
s = varian sampel
=
rata-rata kelompok eksperimen
= rata-rata kelompok kontrol
n1 = jumlah subjek eksperimen
n2 = jumlah subjek kontrol
s12 = varian kelompok eksperimen
s22 = varian kelompok kontrol
Kriteria penguian adalah, Ho diterima jika
Dengan:
J.
Sistematika Skripsi
Penulisan skripsi terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.
Bagian awal terdiri dari judul,
pengesahan, motto, abstraksi, kata pengantar, daftar isi dan daftar lampiran.
Bagian inti terdiri dari lima bab,
yaitu:
Bab I pendahuluan, yang terdiri
dari alasan pemilihan judul, penegasan istilah, permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika skripsi.
Bab II landasan teori dan hipotesis
berisi tentang kajian-kajian teori untuk menjawab permasalahan serta perumusan
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian.
Bab III metode penelitian yang
terdiri dari populasi dan sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data
dan metode analisis data.
Bab IV hasil penelitian dan
pembahasan berisi hasil penelitian dan pembahasan penelitian.
Bab V penutup berisi simpulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar